“Hai
Neila. Boleh duduk?,” sapa Seth ketika melihat Aneila duduk sendiri di kantin
sekolah.
Aneila
melipat tangannya di atas meja kantin dan tersenyum kemudian mengangguk.
Makanan yang Aneila pesan pun datang.
“Selamat
makan,” ujar Seth.
Aneila
tersenyum kecil dan mengangguk.
“Seth
ngga makan?,” tanya Aneila.
“Hm,
ya nanti aku makan. Lihat Neila makan ajah kayaknya aku udah mulai kenyang.
Hehe,” jawab Seth sambil tertawa kecil.
“Hh,
porsiku terlalu banyak ya?”
“Haha..
ngga kok, aku cuman becanda. Aku pesen dulu deh kalo gitu. Nemenin kamu makan,”
ujar Seth lalu memanggil salah satu mba’-mba’ di kios nasi.
Setelah
mereka selesai makan, mereka berjalan di koridor menuju kelas bersamaan. Seth dan
Aneila terus bergurau. Mereka mulai akrab dan kemudian bertukar nomor hape.
Seiring
berjalannya waktu, Seth dan Aneila menjadi sangat akrab dan semakin dekat.
Karena keduanya merasa nyaman dan menyadari bahwa mereka saling menyukai, Seth
mengungkapkannya terlebih dahulu di sebuah taman.
“Nei,
cape’?,” tanya Seth karena telah seharian mereka berkeliling dan berjalan-jalan.
Aneila
tersenyum senang dan mengangguk. Mukanya terlihat lelah tapi gembira. Masih
dengan senyum, Aneila menjawab pertanyaan Seth.
“Hmm,
iya. Cape’. Tapi nyenengin kok. Makasih ya, udah mau ajak aku jalan-jalan.”
“Sama-sama.
Kamu mau nemenin aku jalan-jalan aku juga seneng,” ujar Seth, lalu tangannya
menggenggam tangan Aneila.
Aneila
terkejut tapi diam. Matanya menatap tangan Seth yang menggenggam tangannya.
Ketika menoleh ke wajah Seth, Aneila bisa melihat dengan jelas mata Seth yang
tajam itu sedang menatapnya juga. Semakin lama, Aneila bisa mencium aroma mint
dari nafas Seth. Semakin dekat dan Aneila hanya bisa memejamkan mata. Aneila
merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibir Seth yang tipis itu. Aneila
merasakan bibir Seth berusaha membuka bibir Aneila yang hanya tertutup diam.
Aneila tidak tahu harus berbuat apa. Ketika ingin bertanya, Seth telah
menjauhkan bibirnya dari bibir Aneila namun menyentuhkan batang hidungnya tepat
di depan hidung Aneila.
“Hei,
apa ini yang pertama?,” tanya Seth sesopan mungkin.
Muka
Aneila bersemu merah. Aneila malu mengakui kalo ini ciuman pertamanya. Dia
hanya bisa diam kemudian mengangguk pelan.
Seth
tersenyum kecil. Kemudian dia berkata, “Kalo kamu keberatan, maaf ya atas
tindakanku tadi.”
Aneila
tersenyum dan menggeleng. Karena menganggap Aneila sama sekali tidak keberatan,
Seth mencoba melakukannya lagi sambil membisikkan ke telinga Aneila, “Aku akan
sepelan mungkin melakukannya, Nei.”
Dan
mereka berciuman. Ciuman mereka terhenti karena menyadari bahwa mereka masih
berada di jalan. Tidak patut dilihat banyak orang. Setelah usai berciuman,
mereka berdua tersenyum kecil. Saling memandang dan tertawa kecil. Tangan Seth
masih terus menggenggam tangan Aneila.
“Nei,
aku suka kamu. Aku sayang kamu. Kamu mau jadi pacarku?,” tanya Seth.
Aneila
tersenyum malu. Pipinya bersemu merah. Namun tangannya berbalik menggenggam
erat tangan Seth dan mengangguk kecil. Seth yang melihat reaksi Aneila mengepalkan
tangan kanannya yang bebas dan berbisik “Yes!”.
Aneila ikut tertawa kecil dan mereka berjalan pulang.
0 comments:
Post a Comment