Tuesday, August 7, 2012

Vedway bag 1



TET…TET…TET……
Bel tanda waktu ujian selesai. Alry segera maju untuk mengumpulkan lembar jawaban ke bangku pengawas. Ia keluar dari ruang kelas dengan wajah yang ceria, karena hari itu adalah hari terakhir UAN. Dan Alry merasa sanggup mengerjakan ujian terakhir itu. Segera ia menemui teman-temannya di tongkrongan biasanya.
Alry adalah cewek yang manis banget. Selain itu, dia anaknya ramah, pintar dan punya suara emas. Alry punya 5 sahabat atau tepatnya masih 4, karena satu dari mereka nggak begitu akrab dengannya. Edish namanya. Cewek yang satu ini memang cantik, dari awal kenal kayaknya cewek itu agak pendiam di banding dengan sahabat-sahabatnya yang ’rame’, nggak termasuk dia. Maksudnya, diantara semua, Alry-lah cewek yang paling pendiam dan agak pemalu (tapi cuman kalo sama orang yang nggak begitu dia kenal).
Alry pergi ke pojok gedung sekolahnya yang udah jadi markas mereka nongkrong tiap usai sekolah di dua bulan terakhir ini. Setelah tiba di sana, Alry baru mendapati Wyla dan Yolla. Kalau diliat dari namanya, kayaknya mereka kembar, padahal sebenernya Wyla dan Yolla adalah orang dan pribadi yang berbeda. Wyla adalah cewek yang imut dan keliatan childish. Sama seperti Alry, ia juga punya suara yang indah dan hobinya sama persis dengan hobi Alry. Menulis sebuah cerpen dan menyanyi. Tapi Wyla kadang suka cerewet. Lain lagi dengan Yolla. Yolla itu cewek tomboi. Mungkin karena dari tingkah lakunya dia itu tomboi, kalo dilihat dari struktur wajah, dia gak pantes disebut cewek ( sama sekali gak pantes! ). Namanya aja yang cewek, tapi tingkah laku dan sifatnya, yah......maskulin gitu.
“Wyl, gimana tadi ujiannya? Aku yakin kamu pasti bisa kan tadi? Kalo kamu gimana Yol?,” sapa Alry begitu udah duduk deket dua sahabatnya itu.
“Lumayan Al. Bisa sih, tapi yang aku yakinin bener itu gak sampai 50 persen. Kalo kamu gimana Yol?,” jawab Wyla sembari bertanya ke Yolla.
“Kalo gue sih, kayaknya gue bisa deh. Semalaman kan gue belajar. Tul nggak?,” jawab Yolla dengan pe-de.
“Huu..., iya deh. Yang semalaman belajar, make sure banget. Sambil wayangan ya? Haha...,” jawab Alry dan Wyla kompakan sembari tertawa kecil.
Gak lama kemudian, Viara, Deyta dan Edish dateng. Muka mereka pada kusut kayaknya. Tapi Alry dan lainnya udah nggak heran lagi. Karena UAN terakhir ini pelajaran yang tersulit pada tiap jurusan kelas. Untuk kelas IPA materi Fisika, kelas IPS materi Akuntansi dan kelas Bahasa materi Bahasa Jerman. Untungnya, Deyta dan Edish anak IPS dan Viara anak Bahasa. Jadi kayaknya mereka pada lumayan deh.
“Gimana Ta? Dish? Sukses?,” tanya Wyla penasaran.
“Yah...... dibilang sukses iya, dibilang nggak juga iya. Gak liat apa kalo tampang gue jadi kusut kayak gini,” jawab Edish melengos.
“Iya sih Wyl. Tapi kalo nurut aku lumayan kok. Lagian kan, emang udah niat aku masuk jurusan ini. Biar aku nanti bisa kuliah jurusan Hukum. Aku kan pengen jadi pengacara,” ujar Deyta.
“Wah, good luck deh buat kamu. Kalo kamu gimana Vi? Jago nggak Germany language nya?,” tanya Alry pada Viara antusias.
“Jago dong. Aku kan pengen jadi Duta Budaya di Jerman. Lumayan ’kan? Kerja sekalian ke luar negeri. Hehe......,” jawab Viara sambil tersenyum.
Semua sahabat-sahabatnya ini, punya jalan hidup masing-masing. Begitu pula dengan dia. Alry berniat masuk jurusan IPA karena ia sangat berminat untuk jadi Dokter. Wyla juga salah satu siswa jurusan IPA yang ingin jadi perawat, dan Yolla adalah anak IPS yang bercita-cita ingin menjadi Manager Pemasaran Hotel. Lain lagi halnya dengan Edish. Meski ia merupakan siswa jurusan IPS, yang tentunya berhubungan dengan Akuntan, Hukum, Sejarah Nasional maupun Geologi Bumi, Edish punya dua alternatif. Kalo nggak Sekretaris, dia juga ingin jadi seorang photographer.
“Kalo kamu sendiri, gimana Al?,” tanya Viara balik.
“Yah, lumayan juga sih. Taulah kalian, Pak Rico kalo buat soal Fisika waktu kelas X dulu gimana? Jadi ya bisa buat bayangan gitu. Ya kan Wyl?,” jawab Alry sambil melempar pertanyaan ke Wyla.
“Yup! Bener banget. Tapi untungnya aku sama Alry bisa ngatasi. Jadi lumayanlah,” timpal Wyla.
“Udahlah guys, kalo kita ngomongin soal UAN itu terus, kapan kita have fun nya coba? Sekarang, rencana kita kemana nih?,” ujar Yolla.
Semuanya diam. Mereka semua memutar otak untuk mencari a good idea. Tiba-tiba wajah mereka yang serius berubah menjadi cerah. Sepertinya mereka udah dapat rencana yang bagus. Dan rencana itu diucapkan oleh Wyla terlebih dahulu.
“Aha! Gimana kalo kita ke Warnet aja? Lama nih, kita udah nggak pernah ke Warnet dari pas deket-deket UAN  sampai selesai. Ya...ya?”
“Mmmm, iya deh. Aku setuju ama Wyla. Lagian aku juga pengen refreshing dari UAN. Pengen buka website, pengen e-mail, pengen chatting juga. Hehe..., kan udah lama aku nggak chatting. Lagian aku juga kangen berat nih sama chatter-ku,” jawab Alry.
“Oke deh. Aku setuju sama kalian berdua. Aku kan tau kalo kalian berdua terlalu kompak. Sampai cita- cita kalian hampir mirip dan kalian bener-bener kayak kembar siam. Hehe...,” Deyta menimpali usulan Alry dan Wyla.
“Ya udah. Daripada kita basa-basi disini cuma buang waktu, mending kita langsung aja cabut ke Warnet. Come on girl!,” sahut Edish.
Keenam sahabat itu jalan bersama terhitung dua baris 3-3. Alry, Wyla dan Deyta dibelakang sedangkan Yolla, Edish dan Viara memimpin ( ceilaa...kayak gerak jalan aja). Tapi di tengah jalan, ada cowok yang manggil Alry.
“Ry!,” teriak cowok itu yang nggak sendiri juga. Cowok itu bareng keempat temannya. Namanya Fandra.
Alry yang merasa namanya dipanggil segera menoleh dan tanpa dikomando, kelima sahabatnya juga ikut menoleh. Dan keenam cewek itu menghentikan langkah.
“Hei, ada apa? Tumben berani manggil gue kalo di skul. Kirain cuma di sms aja. Mm, gue tau. Lo mau nitip salam buat Adin kan ? Tenang aja kok. Kayaknya tanpa lo suruh pun, tiap hari pasti bakal gue salamin ke dia. ”
“Iya sih. Tapi bukan cuma itu. Aku juga mau tanya sesuatu sama kamu. Tapi cuma berdua.”
Spontanitas Alry dan keenam sahabatnya terkejut. Mereka mengerutkan kening sekerut-kerutnya ( halah! ). Mereka masih kaget. Karena, memang sih kalo nggak sedikit cewek yang sering ngomong ma Fandra anak jurusan IPA yang jago basket dan tampangnya ca’em itu. Kan jarang banget ada anak IPA yang jago basket. Makanya Fandra cukup jadi idola di skul mereka. Para Fanders (sebutan untuk fans-fans Fandra) biasanya kalo lagi ngobrol ma Fandra selalu ada temen-temennya Fandra, padahal kayaknya mereka pada pengen berdua aja deh ma sang idola. Nah, kenapa tiba-tiba Alry diminta untuk ngomong berdua aja sama Fandra? Ada tanda tanya besar di benak Fandra Cs dan Alry Cs.
“Kenapa cuma berdua Ndra? Penting banget ya?,” tanya Alry heran.
“Nggak juga sih. Tapi aku nggak bisa kalo ngomong harus ada cecunguk tiga ini ama mereka. Aku cuma pengen berdua. Bisa kan?,” terangnya sambil menunjuk temen-temennya Alry.
Alry bingung. Kenapa Fandra sikapnya jadi aneh kayak gini? Terus-terang memang terkadang Alry berharap bisa ngomong langsung dengan Fandra dan nggak hanya di sms atau e-mail maupun chatting aja. Dan apa boleh buat, Alry meminta kepada sobat-sobatnya untuk pergi dulu ke Warnet sedangkan dia nanti menyusul. Tapi Alry Cs dan Fandra Cs nggak mau pergi dari situ. Dan terpaksa Alry dan Fandra yang pergi dari situ.
Setelah Fandra dan Alry menjauh, tanpa sepengetahuan mereka, Viara Cs dan Rey Cs ( temen-temen Fandra dan Alry ) mulai ada api perang mulut.
“Rey, ngapain temen lo itu ngajakin sobat gue? Maunya apa sih? Sok secret!,” Deyta mengawali pembicaraan dengan ketus.
“Iya! Ngapain coba si Fandra ngajakin Alry ngomong tapi cuma BERDUA?! Alry tu udah punya cowok tau! Temen lo itu kayaknya kok jadi aneh. Awas lo kalo ada apa-apa ama temen gue!,” sahut Viara.
“Sory ya cewek-cewek yang manis. Tapi terus-terang kami-kami ini juga nggak tau si Fandra mau ngapain sama Alry. Orang cuman nemenin doang. Jadi, gue dan temen-temen gue nggak ikutan. Ntar, lo tanya aja sendiri ama orangnya,” jawab Rey dengan santai.
“Tapi ngapain coba mesti harus berdua aja? Terlalu ngerahasiain tau. Dan kalo gue liat nih, dari kemarin Fandra memang agak aneh dan dia sering juga nanya ke gue soal Alry,” ujar Yolla sedikit meredakan emosi beberapa saat dan heran.
“Serius Yol?!,” tanya Viara Cs serentak. Rey Cs hanya diam.
“Serius guys. Apa karena.............,” belum usai Yolla meneruskan ucapannya temen-temennya menyela.
“Karena apa Yol?,” tanya mereka serentak.
Sementara Yolla terus-menerus didesak temen-temennya karena dia keceplosan, di sudut sekolah mereka Alry dan Fandra terlibat omongan yang cukup serius.
“Ngapain Ndra? Lo mau apa sih? Kok kayaknya penting banget,” tanya Alry peneasaran.
“Aku mau ngomong sama kamu dan ini cukup penting.”
“Soal? Adin?”
“Bukan. Kali ini nggak ada hubungannya sama Adin. Ini soal e-mail!”
“E-mail? Maksud lo?”
“Gini, kemarin aku dapat e-mail dari alamat e-mail yang nggak aku kenal. Pengirim e-mail itu bilang kalo Viara setelah lulus dari SMA ini, dia bakal pindah ke luar kota. Dan yang bikin aku kaget, pengirim itu juga bilang kalo Viara nyari aku buat pamit karena selama ini Viara suka sama aku.”
Alry terkejut. “Aduh, rahasia Viara ada yang ngebocorin. Tapi siapa?,” gumamnya dalam hati. Kemudian dia segera menanggapi cerita Fandra.
“Terus? Kok lo nanyain ini ke gue?”
“Yang pengen aku tanyain, maksudnya e-mail itu Viara siapa?”
Alry menghela nafas. “Hh, menurut lo cewek di sekolahan ini yang namanya Viara ada berapa?”
Fandra terlihat berpikir. Tapi kemudian ia berkata, “Kayaknya cuman ada satu deh Ry. Jadi, Viara temen kamu itu bukan?”
“Eng... iya. Dulu emang Viara pernah bilang ke gue kalo dia suka ama lo. Tapi lo tau darimana ya?”
“Ya dari e-mail yang nggak aku kenal itu Ry. Kalo aja aku nggak dikirimi e-mail itu, aku juga nggak bakal tau.”
“Oh, boleh tau alamat e-mail itu nggak? Kali aja gue kenal sama alamat dan pengirim itu.”
“Boleh. Ntar pas chatting tak kasi alamatnya. Ya udah, itu aja kok. Met jumpa di chat-room ya?”
“Oke deh. Sekarang kita balik aja ke mereka. By the way Ndra, kira-kira jam berapa lo online?”
“Jam...... pokoknya ntar pulang dari sekolah ini, pas aku udah sampe’ rumah, aku udah online kok. Memangnya kenapa?”
“Nggak. Gini lho, anak-anak hari ini rencana ngajak ke Warnet. Katanya mereka sih pengen refresh aja, padahal gue tau kalo mereka itu kangen ama chatter mereka masing-masing.”
“Oh, gitu. Ya udah, kira-kira kamu pulang nge-net jam berapa? Ntar kalo kamu udah on-line kamu chat aku dulu aja.”
Alry mengacungkan jempolnya. Keduanya pun kembali berkumpul dengan temen masing-masing.
Come on girls! Kita cabut ke Warnet,” ajak Alry langsung ketika baru aja kumpul bareng sobat-sobatnya. Kayaknya dia nggak ngasih kesempatan sobat-sobatnya itu untuk ngajuin pertanyaan.
Alry Cs pada bengong. Padahal mereka berencana akan menanyakan tentang hal yang dibicarakan Alry dengan Fandra tadi setelah Alry selesai bicara, tapi Alry sepertinya nggak mau di’introgasi’ sekarang.
“Ayo bro. Kita juga cabut. Bentar lagi gua mau ada urusan,” ajak Fandra ke temen-temennya dan kemudian bicara pada Alry, “Oh ya Ry, jangan lupa ya? Soalnya itu cukup penting buat aku. Before thanks.
“Iya. Gue inget kok.  Nanti biar gue duluan baru lo, key?, ” jawab Alry dan berlenggang pergi.
Setelah Alry Cs menjauh, giliran Rey bertanya pada sobatnya, Fandra.
Bro, ngomong apa’an aja sih lo? Pake’ mojok segala? Kenapa nggak lo ’embat’ aja tu cewek? Manis lagi.”
“Pale lo tuh! Ni anak kalo mikir jauh banget. Pikiran lo tuh yang ngeres. Makanya jangan sering buka situs yang aneh-aneh. Lama-lama jijik gua temenan sama lo.”
Fandra Cs pun tertawa melihat tingkah Fandra dan Rey. Dan tawa mereka masih menghiasi langkah mereka.

*to be continued*

0 comments:

Post a Comment