Malam hari...
Alry mengambil surat yang telah ditulis Chris di London yang kini ada di atas meja belajarnya. Sedari tadi siang, dia hanya mengeluarkannya dari tas dan meletakkannya di atas meja belajar serta hanya dilihat tanpa membukanya. Alry berpikir, jarang-jarang Chris menulis surat ke dia. Begitu banyak teknologi yang bisa membuat mereka berkomunikasi tanpa harus melalui kantor pos. Tapi kenapa Chris memilih menggunakan jasa kantor pos? Ada sesuatu yang aneh dari sikap Chris akhir-akhir ini. Akhirnya dengan hati yang agak bimbang, Alry membuka surat itu. Kemudian ia membacanya dengan hati-hati.
Dear Alry Maila My honey..
Kamu pasti kaget kalo denger aku nulis surat buat kamu yang aku titipin ke Mbak Gladis. Aku tahu, banyak alat komunikasi yang lebih canggih daripada mengirim surat. Tapi e-mail juga surat kan? Aku sayang sama kamu, aku kangen sama kamu. Hampir 2 tahun kita menjalin hubungan ini, tapi aku belum pernah ngerasain kangen seberat ini. Kalo kamu inget waktu kita pertama kali kenal, kamu pasti ketawa. Hehe... kamu yang waktu itu masih lugu banget dateng ke kelas dimana aku jadi Wapenda MOS, terus kamu ngasih aku coklat sama surat. Kamu ngelakuin itu gara-gara kamu telat masuk jadwal outbond. Kamu inget nggak? Sampai sekarang aku masih nyimpen surat itu…
Belum selesai dia membaca surat dari Chris, Alry langsung beranjak menuju ke laci meja belajarnya untuk mengambil agenda kecilnya, tempat ia menulis kerangka isi surat waktu itu. Alry ingat betul kalo waktu itu dia dihukum sama kakak Wapenda-nya. Gara-garanya dia telat masuk kelompok buat ikut outbond. Akhirnya dia disuruh ngasih coklat sama surat cinta ke salah satu kakak Wapenda yang udah ditunjuk sama kakak Wapenda-nya. Dan penyerahannya harus hari itu juga. Waktu itu dia cukup beruntung karena dia udah menyiapkan coklat dari rumah. Tapi sayangnya, mengenai surat cinta, ia sama sekali nggak ada persiapan. Pasalnya, waktu itu Alry belum pernah pacaran sama sekali. (Pembaca, flashback dulu yuk?)
Siang itu, Alry lari tergesa-gesa menuju lapangan olahraga. Soalnya, bakal ada outbond dan dia terpisah dari kelompoknya. Setibanya di lapangan olahraga, acara outbond hampir dimulai. Alry segera mencari kelompoknya dan bergabung, tapi ternyata dia sudah dipanggil oleh Ivta, salah satu kakak Wapenda-nya.
“Hei, kelinci. Kamu mau kemana?!,” panggil Ivta ke Alry. (Info: ’kelinci’ itu nama dada Alry waktu MOS)
Alry yang merasa nama dadanya dipanggil, langsung menoleh dan dengan polosnya berkata, “Mau gabung ke kelompok Kak. Kan outbond-nya belum dimulai.”
“Kata siapa outbond-nya belum dimulai?!”
“Kan masih pada ngumpul Kak. Ini juga belum waktunya mulai kan?”
“Kamu ini, kamu itu udah telat 1 menit 28 detik. Ni, saya ada stopwatchnya. Jadi kamu udah telat! Dalam peraturan MOS, dilarang terlambat mengikuti kegiatan apapun. Sekarang kamu, saya hukum!”
“Maaf Kak, saya kan telatnya nggak lama Kak. Lagian, nggak adil dong Kak, masa’ cuman telat kurang dari 2 menit, saya kena hukuman. Kakak nggak bener nih.”
“Kamu berani ngelawan ya? Siapa Wapenda-mu?”
“Kak Galih, Kak.”
“Lih, Galih. Lo gimana sih, anak buah lo telat nih. Dibilangin telat tapi tetep aja ngotot, berani ngelawan gue lagi,” teriak Ivta ke Galih.
“Ada apa sih Ta?,” tanya Galih begitu berdiri disamping Ivta.
“Ni, anak buah lo telat ikut outbond. Lo kudu kasih dia hukuman.”
“Tapi Kak, saya kan telatnya nggak ada 5 menit. Peraturannya kan paling lambat 5 menit setelah acara dimulai,” sahut Alry.
“Tuh, Lih, liat anak buah lo. Berani sama gue. Menurut peraturan no 1, panitia selalu benar. Jadi, enaknya diapain nih anak?”
Galih diam dan berpikir. Dia kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Ivta. Ivta cuman manggut-manggut dan akhirnya berkata, “Oke!”
“Dek kelinci, kamu dapet hukuman dari Wapenda kamu untuk ngasih coklat batangan plus surat cinta ke salah satu Wapenda yang ada disini. Dan Wapenda-nya, kita yang pilihin,” ujar Ivta setelah Galih pergi.
“Haa?! Yah..., kok dipilihin sih Kak? Kenapa nggak milih sendiri aja. Terus ngasihnya kapan Kak? Besok aja ya kak?,” tanya Alry.
“Besok??! Hari ini juga kamu harus nyerahin coklat sama surat cinta ke Kakak Wapenda yang ada di gugus Gubeng. Namanya Kak Chrislan. Nanti Kak Ivta dan temen-temen kamu yang lain bakal nyusul kamu ke gugus Gubeng buat liat aksi kamu.”
“Lho kok sekarang sih Kak? Kalo soal coklatnya saya udah ada, tapi kalo suratnya saya nggak ada Kak? Besok aja ya Kak? Kan saya mesti buat suratnya dulu?” jawab Alry sekenanya waktu itu.
“Nih anak kena hukuman tapi masih aja ngeluh! Ya kalo soal surat, kamu buat aja sekarang. Kakak kasih waktu 10 menit dari sekarang!”
Setelah Ivta berkata seperti itu, Alry langsung lari masuk ke kelasnya. Ia mengambil agenda kecil yang selalu dibawanya kemana-mana. Dia mencorat-coret di salah satu halaman agenda, kemudian mencoretnya dan membalik ke halaman berikutnya. Sampai akhirnya dia cuman bisa buat puisi. Setelah itu, Alry merobeknya dan memasukkannya ke dalam amplop yang dikasih sama salah seorang temennya. Kemudian, setelah mengumpulkan segenap keberanian, ia masuk ke gugus Gubeng.
TOK! TOK!
“Masuk,” jawab seorang cowok yang sedang duduk di kursi guru sambil menilai hasil laporan outbond dari anak gugus Gubeng, yang nggak lain adalah Chrislan.
“Maaf Kak, mengganggu sebentar. Saya... Kelinci da....ri gugus Paku...won m-m...mau ketemu ss-s..sama Kak Chrislan. Kak Chrislan-nya yang mana?,” tanya Alry dengan gagap soalnya dia nervous banget.
Chrislan yang sedari tadi hanya menunduk menilai hasil outbond, setelah mendengar namanya disebut langsung mendongak dan bertanya, “Ada apa Dek?”
“A...ee.. ss..saya mau nga..sih ini sama ini ke Kakak. Kakak mau kan, nerima yang saya kasih ke Kakak?,” ujar Alry sambil menyodorkan coklat dan suratnya tanpa berani memandang wajah Chrislan.
“Boleh aja sih, tapi dalam rangka apa? Terus kenapa cuman Kakak aja yang dikasih? Ngomongnya juga kok gagap?,” tanya Chrislan lagi.
Belum sempat Alry membuka mulut, dari belakangnya sudah ada yang menyahutnya.
“Kak Chrislan, Si Kelinci ini mau ngasih coklat sama surat ke Kakak soalnya dia suka sama Kak Chrislan. Katanya sih gitu Kak. Kalo soal gagap, dia nervous kali Kak,” sahut Ivta.
“Oh ya? Tapi kok Dek Kelinci ini nunduk aja? Malu ya?,” tanya Chrislan.
Alry yang mendengar alasan yang diutarakan Ivta, makin menundukkan kepalanya. Pasalnya, dia nggak pernah berhadapan langsung dengan cowok apalagi diusuruh ngasih surat cinta. Itu kan sama aja dengan nembak cowok duluan. Alry yang masih lugu itu, bener-bener malu banget. Singkat cerita, akhirnya hukuman itu selesai dan setelah MOS usai, Alry dan Chrislan jadi deket dan akhirnya mereka jadian. Maka dari itu, Alry dan Chris bertahan hampir 2 tahun. (Pembaca, flashbacknya udahan ya? Kita lanjutin ke yang tadi)
Setelah Alry berkelana dalam masa lalunya, ia kembali membaca surat Chris.
Aku tau Al, saat ini aku jauh banget dari kamu. Tapi aku yakin Sayang, kita bakal ketemu lagi di Surabaya.
Kamu tau nggak, ada satu alasan yang membuat aku sampai harus nulis surat ini ke kamu. Mungkin Papa sama Mama udah dateng ke rumah kamu, tapi aku ingin kamu tau hal ini dari aku. Aku sangat menyayangi kamu dan mencintai kamu. Aku nggak bisa kalau aku harus pisah sama kamu. Aku tau, aku bukan cowok romantis seperti yang biasanya kamu keluhkan ke aku, tapi aku sudah berusaha untuk membahagiakanmu selama 2 tahun ini. Alry, maukah kamu selalu menemani hidupku, berjanji dalam ikatan yang sakral dan menjadi ibu dari anak-anakku ?
Aku tau, mungkin ini terlalu cepat untuk kamu. Aku yakin kamu masih ingin ngerasain bamgku kuliah dan kerja. Aku nggak maksa kamu untuk langsung married sama aku, Honey. Tapi, seenggaknya, maukah kita bertungangan dulu? Aku harap kamu menjawab ”Oui”.
Aku menunggu jawabanmu, seenggaknya kalau kamu butuh waktu berfikir seminggu dari waktu kamu baca surat ini. I’m waiting for you, Babes....
I love you and I’ll always...
With Love
Chris
Entah apa yang bisa diucapkan oleh Alry. Ia hanya bisa merasakan, bahwa Chris sangat menyayangi dan mencintai dia. Selama ini, ia terkadang merasa bosan akan sikap Chris yang agak posesif. Tapi ternyata dibalik itu semua, ada perasaan yang begitu tulus darinya untuk selalu mencintai Alry. Saat usai membaca surat itu, Alry pun tak menyadari bahwa wajahnya telah basah akan air mata. Tanpa pikir panjang, ia langsung membuka laptop dan menuliskan e-mail pada Chris.
From : Almai_swi@yahoo.co.id
To : Pr4d11ng64@gmail.com
Siang Sayang……
Aku udah baca surat kamu. Dan yang bisa aku bilang saat ini, aku bahagia banget. ”Oui” Chris. ”I do”. Ya, aku menerima lamaran kamu.
From : Pr4d11ng64@gmail.com
Night Honey...
Bener? Kamu nerima aku Sayang? Kalau emang bener-bener ”ya”, katakan itu dengan ciri khasmu... Please...
From : Almai_swi@yahoo.co.id
To : Pr4d11ng64@gmail.com
YYY Oui Honey… but dengan caraku?
Ini e-mail Sayang, bagaimana aku melakukannya? ňoi manquer vous. Kamu cepet balik ya ke Indonesia.
From : Pr4d11ng64@gmail.com
Thanks My Sweetheart...
Kamu pasti tau betapa bahagia aku hari ini. Aku janji, I promise, I’ll always luv U, Keep U’r glad everytime. Dan kali ini setelah aku yakin bahwa kamu hanya akan untukku, jiwa dan ragamu, aku akan berusaha mengerti kondisi kamu. Aku berjanji nggak akan terlalu posesif sama kamu karena aku tau aku yakin aku nggak akan kehilangan kamu. Tapi tolong kamu jaga kepercayaanku ya Sayang… I luv U…:*
From : Almai_swi@yahoo.co.id
To : Pr4d11ng64@gmail.com
Iah... Aku janji. Aku akan jaga kepercayaan kamu. Ya udah, sekarang kamu istirahat aja. Kan baru pulang kuliah. Jangan lupa makan. Aku nggak mau kamu sakit Sayang…
From : Pr4d11ng64@gmail.com
Of course Honey. Aku nggak mau buat kamu cemas kok. Kamu juga sekarang bubu’ gih. Udah malem. Good night Honey... Nice dream... My love with U..
*to be continued*
0 comments:
Post a Comment