Tuesday, February 5, 2013

Complicated - 4


Di luar, hujan turun. Elina dan Neila saling diam. Elina masih selalu inget gimana wajah ceria dan gembira nya Aneila yang cerita padanya bahwa Seth menginginkan dia jadi pacarnya. Elina melihat, kegembiraan itu tidak sepenuhnya terpancar lagi dari wajah Neila. Dua tahun terakhir ini, mungkin banyak yang berubah diantara hubungan Neila dan Seth. Elina berpikir, semoga ini hanya sementara.
Elina berdiri mendekati Neila. Menepuk bahu Neila, lalu memeluk bahunya.
“Sabar ya Nei, aku yakin ini cuman sementara.”
“Hhm, sementara Lin? Yahh, aku harap juga ini sikapnya yang sementara. Dulu Seth ngga kayak gini Lin. Aku ngga tau, apa yang bikin dia berubah. Aku berusaha cari tahu, tapi selalu nihil.”
“Sabar ya...,” ujar Elina sambil memeluk Neila dan Neila balas memeluknya.
Sai gou no kisu wa tabako to nei wa na ga shita...


Ponsel Aneila berdering. Terpampang nama ‘Bebhie’. Elina sudah bisa menduga bahwa itu adalah Seth. Begitu Neila mau mengangkat telponnya, tangan Elina lebih dulu menyahut ponsel itu.
“Beb, lagi dimana?,” tanya suara khas cowo dan itu emang Seth.
“Haloo... Seth ya? Aku Elina,” sahut Elina.
“Ooh, kamu Lin. Neila mana? Kok kamu yang angkat?”
“Ya ampun, tenang ajah kali, Neila sama aku di sini. Takut amat.”
“Hm, bener?”
“Ya ampun, beneran. Ngga percaya banget sih sama aku? Ngga ada bohong sama kamu akunya mah.”
“Hmm, oke deh. Aku percaya omongan kamu Lin. Kamu gimana kabar?”
“Baik. Kamu sendiri? Lagi dimana sekarang? Masih di Jakarta juga apa udah balik ke Surabaya?”
“Baik juga. Masih di Jakarta sih. Rencana mau balik ke Surabaya. Kamu masih di rumah kamu yang dulu kah Lin?”
“Ha.. bagus deh. Mampir ya? Aku udah ngga di sana Seth. Aku sekarang tinggal di rumah Tanteku. Di daerah Galaxy. Masih inget daerah itu kan?”
“Ooh, udah ngga di Pondok Candra lagi? Masih inget sih. Serumah sama Tante Ivy sekarang?”
“Bisa dibilang begitu. Pokoknya kamu harus dateng ke Surabaya. Kangen nih. Ayo kumpul bareng lagi. Lama banget ngga kumpul kayak dulu jaman-jaman SMA. Gimana? Mau ya? Ayolah Seth..,” rengek Elina.
“Hmm, boleh juga. Aku ajak temen, boleh?”
“Boleh banget. Ajak se – Jakarta juga ngga masalah. Haha..,” gurau Elina.
“Huu.. bisa ajah kamu Lin. Hm, bisa ngomong sama Neila, Lin?”
“Sayangnya, ngga. Hehe, kamu mesti bukti’in bakal ke sini. Kalo kamu pengen ngomong sama Neila, kamu harus beneran dateng ke sini. Buat jaminan, kamu ngga bisa hubungi Neila. Bye Seth,” ujar Elina lalu menutup telpon.
Setelah menutup telpon, Elina cekikikan. Kemudian Elina memandang Neila. Neila hanya tersenyum kecil dan duduk di samping tempat tidur Elina.
Elina  menyerahkan ponsel Neila sambil tersenyum jail.
“Nei, untuk sementara, kamu tenangin diri dulu ya. Hmm, satu lagi. Kalo Seth sms atau telpon, kasi’in aku ya? Aku pengen ngerjain dia. Pengen tahu, seberapa tahan dia ngga tau kabarmu. Oke? Mau kan?”
Neila mengangguk sambil tersenyum. Kemudian kembali menyerahkan ponselnya ke Elina.
“Kok dikasi’in aku Nei?,” tanya Elina bingung.
“Elina sayang.., aku setuju sama usulan kamu. Jadi mending ponsel aku, kamu yang bawa.”
“Hmm, kamu ngga cemburu sama aku kan Nei? Kamu percaya sama aku kan?”
“Elin..Elin.., aku tahu gimana kamu. Udah, bawa ajah. Aku percaya sama kamu,” ujar Neila kemudian beranjak keluar.
“Nei..., aku janji, kamu sama Seth pasti baik-baik ajah. Aku sayang kamu, Neila. Sahabatku..,” ujar Elina sambil memeluk Neila.
“Aku juga menyayangimu, Belle,” ujar Neila lalu keluar kamar.
Elina pun tersenyum. Begitu Neila keluar kamar, Elina melanjutkan aktifitas chattingnya sambil menunggu kabar dari Kenzie.

*to be continued*

0 comments:

Post a Comment