Esoknya...
Setelah
kejadian di lift itu, Alry menjadi lebih pendiam dari sebelumnya.
Sahabat-sahabatnya tidak begitu tau yang terjadi dengan Alry. Mereka hanya
merasa kalo hari ini Alry agak lebih pendiam dan sering melamun. Karena
penasaran mereka mencoba memancing agar Alry mau bercerita. Mereka semua tau
bahwa Alry tidak begitu terbuka kecuali ia sudah tidak tahan menanggungnya
sendiri atau didesak.
“Wyl, besok di
Bali kamu sekamar ama siapa? Ma aku ajah ya Wyl. Kan kalo kamar bebas
nentuinnya,” tanya Deyta.
“Hm, tar deh.
Aku mikir-mikir dulu. Lagian jaminan nih aku sekamar ama kamu bisa aman dari
gerakan malam kamu? Hehehehe,” ledek Wyla.
“Iya Ta. Lo kan
kalo tidur tuh, kayak kincir. Muteerrr ajah. Bisa ngejamin kalo lo nggak bakal
nendang Wyla ampe’ tersungkur ke lantai?,” sahut Edish.
Deyta cuman
bisa nyengir. “Hehe, iya juga ya. Kalo gitu ama kamu aja ya Dish?
“Ih, ogah. Kalo
Wyla ajah bisa ketendang, apalagi gue. Nggak nggak! Noh, ama Viara aja.”
Viara yang
namanya disebut langsung noleh.
“Apanya yang
sama aku?” tanya Viara.
“Tidur sekamar
ama aku tar waktu di Bali. Gimana? Mau ya Vi?”
“Hm, boleh.
Pokoknya tar begitu nyampe’ hotel, kamu langsung nyari aku di bis aku ya.”
“Cipz deh
pokoknya. Emang kamu bis berapa?”
“Aku bis 4,
satu bis sama anak ips 3.”
“Oke deh kalo
gitu. Kalo kamu Wyl, emangnya kamu bis berapa?”
“Aku di bis 2.
Satu bis sama anak ipa 4. Sayangnya aku nggak satu bis ama Alry. Al, kamu bis 1
kan?,” tanya Wyla sambil menepuk bahu Alry.
Alry yang
sedari tadi diam, terkejut. Tepukan halus Wyla terasa seperti pukulan seorang
algojo. Alry menoleh dengan air muka kaget dan menjawab, “Ekh, a-apa Wyl? Kamu
tadi ngomong apa?”
Wyla tersenyum.
Ia tau kalo sahabatnya yang satu ini sedang punya masalah. Hanya saja, Alry belum
ingin menceritakannya. Jadi Wyla menunggu saja. Menunggu Alry terbuka
dengannya. Asal tahu ajah, dari kelima sahabatnya, Wyla lah yang paling dekat
dengannya.
“Kamu besok di
bis 1 kan? Satu bis ya sama anak ipa 1?”
“Hmh, i-iya.
Aku satu bis ama anak ipa 1. Emangnya kenapa?”
“Berarti Al, lo
satu bis ya sama Fandra?,” celetuk Edish.
Entah kenapa,
tiba-tiba wajah Alry memucat. Ia menunduk seakan menyembunyikan sesuatu.
Sahabat-sahabatnya langsung menoleh ke Edish. Dengan tampang innocent, Edish meminta maaf.
Alry pun
berdiri dan beranjak pergi. Ia ingin pamit, tapi ia takut sahabat-sahabatnya
akan menanyakan kemana ia pergi. Maka ia
langsung pergi menuju parkiran dan entah akan kemana.
“Al, mau
kemana? AL...,” teriak Deyta memanggil-manggil Alry. Tapi Alry terus melangkah
tanpa menoleh sedikitpun.
Tanpa pikir
panjang, Yolla yang sedari tadi diam, mengejar Alry. Gadis yang sedikit tomboi
itu tidak kesulitan mengejar Alry dan dengan segera ia mencekal tangan Alry.
“Al, lo kenapa?
Lo nggak biasanya kayak gini. Kalo lo ada masalah, lo cerita ama kita semua. Lo
masih anggep kita berlima sahabat lo kan?,” tanya Yolla.
Alry hanya
menunduk. Yang ada dipikirannya sekarang, sanggupkah ia menceritakan semua pada
sahabat-sahabatnya, apa nanti tanggapan mereka, dan masihkah Chris bisa
menerima pengkhianatannya. Alry ingin menangis, tapi tidak di depan sahabatnya.
“Al, jawab gue
Al. Lo punya mulut kan?,” tanya Yolla sekali lagi dengan sedikit membentak.
Alry masih
tetap menunduk. Ia bahkan lebih takut dari sebelumnya. Apalagi Yolla
membentaknya. Ia bingung. Tapi ia harus mengatakan sesuatu agar Yolla tidak
terus bertanya-tanya dan mengejarnya.
“Yol, plis, aku
butuh waktu sendiri. Aku harap kamu sama anak-anak ngerti. Aku cabut dulu,”
jawab Alry sembari pergi lagi menuju mobilnya.
Yolla diam. Nih
anak kenapa ya? Nggak biasa-biasanya dia kayak gini, pikirnya. Kalo pun dia ada
masalah, dia pasti cerita sama kita semua. Tapi kali ini dia diam. Apa
masalahnya begitu besar? Gue harus cari tau, tapi gimana?
“Gimana Yol?,”
tanya Wyla yang sudah berdiri tepat di belakangnya.
“Nihil. Gue
nggak dapet apa-apa. Dia bilang dia butuh waktu sendiri.”
“Kayaknya mesti
aku deh yang turun tangan.”
“Iya Wyl. Lo
kan yang paling deket sama Alry. Lo coba bujuk dia buat cerita. Kalo lo ngerasa
nggak sanggup ngebantu masalah Alry sendiri, baru lo cerita ke kita semua.
Oke?,” usul Yolla.
“Oke. Kalo gitu,
aku susul Alry dulu ya?,” pamit Wyla. Dan dia pun pergi.
0 comments:
Post a Comment