Sunday, November 18, 2012

Vedway bag 15


Esoknya...
Setelah kejadian di lift itu, Alry menjadi lebih pendiam dari sebelumnya. Sahabat-sahabatnya tidak begitu tau yang terjadi dengan Alry. Mereka hanya merasa kalo hari ini Alry agak lebih pendiam dan sering melamun. Karena penasaran mereka mencoba memancing agar Alry mau bercerita. Mereka semua tau bahwa Alry tidak begitu terbuka kecuali ia sudah tidak tahan menanggungnya sendiri atau didesak.
“Wyl, besok di Bali kamu sekamar ama siapa? Ma aku ajah ya Wyl. Kan kalo kamar bebas nentuinnya,” tanya Deyta.
“Hm, tar deh. Aku mikir-mikir dulu. Lagian jaminan nih aku sekamar ama kamu bisa aman dari gerakan malam kamu? Hehehehe,” ledek Wyla.
“Iya Ta. Lo kan kalo tidur tuh, kayak kincir. Muteerrr ajah. Bisa ngejamin kalo lo nggak bakal nendang Wyla ampe’ tersungkur ke lantai?,” sahut Edish.
Deyta cuman bisa nyengir. “Hehe, iya juga ya. Kalo gitu ama kamu aja ya Dish?
“Ih, ogah. Kalo Wyla ajah bisa ketendang, apalagi gue. Nggak nggak! Noh, ama Viara aja.”
Viara yang namanya disebut langsung noleh.
“Apanya yang sama aku?” tanya Viara.
“Tidur sekamar ama aku tar waktu di Bali. Gimana? Mau ya Vi?”
“Hm, boleh. Pokoknya tar begitu nyampe’ hotel, kamu langsung nyari aku di bis aku ya.”
“Cipz deh pokoknya. Emang kamu bis berapa?”
“Aku bis 4, satu bis sama anak ips 3.”
“Oke deh kalo gitu. Kalo kamu Wyl, emangnya kamu bis berapa?”
“Aku di bis 2. Satu bis sama anak ipa 4. Sayangnya aku nggak satu bis ama Alry. Al, kamu bis 1 kan?,” tanya Wyla sambil menepuk bahu Alry.
Alry yang sedari tadi diam, terkejut. Tepukan halus Wyla terasa seperti pukulan seorang algojo. Alry menoleh dengan air muka kaget dan menjawab, “Ekh, a-apa Wyl? Kamu tadi ngomong apa?”
Wyla tersenyum. Ia tau kalo sahabatnya yang satu ini sedang punya masalah. Hanya saja, Alry belum ingin menceritakannya. Jadi Wyla menunggu saja. Menunggu Alry terbuka dengannya. Asal tahu ajah, dari kelima sahabatnya, Wyla lah yang paling dekat dengannya.
“Kamu besok di bis 1 kan? Satu bis ya sama anak ipa 1?”
“Hmh, i-iya. Aku satu bis ama anak ipa 1. Emangnya kenapa?”
“Berarti Al, lo satu bis ya sama Fandra?,” celetuk Edish.
Entah kenapa, tiba-tiba wajah Alry memucat. Ia menunduk seakan menyembunyikan sesuatu. Sahabat-sahabatnya langsung menoleh ke Edish. Dengan tampang innocent, Edish meminta maaf.
Alry pun berdiri dan beranjak pergi. Ia ingin pamit, tapi ia takut sahabat-sahabatnya akan menanyakan kemana ia pergi. Maka  ia langsung pergi menuju parkiran dan entah akan kemana.
“Al, mau kemana? AL...,” teriak Deyta memanggil-manggil Alry. Tapi Alry terus melangkah tanpa menoleh sedikitpun.
Tanpa pikir panjang, Yolla yang sedari tadi diam, mengejar Alry. Gadis yang sedikit tomboi itu tidak kesulitan mengejar Alry dan dengan segera ia mencekal tangan Alry.
“Al, lo kenapa? Lo nggak biasanya kayak gini. Kalo lo ada masalah, lo cerita ama kita semua. Lo masih anggep kita berlima sahabat lo kan?,” tanya Yolla.
Alry hanya menunduk. Yang ada dipikirannya sekarang, sanggupkah ia menceritakan semua pada sahabat-sahabatnya, apa nanti tanggapan mereka, dan masihkah Chris bisa menerima pengkhianatannya. Alry ingin menangis, tapi tidak di depan sahabatnya.
“Al, jawab gue Al. Lo punya mulut kan?,” tanya Yolla sekali lagi dengan sedikit membentak.
Alry masih tetap menunduk. Ia bahkan lebih takut dari sebelumnya. Apalagi Yolla membentaknya. Ia bingung. Tapi ia harus mengatakan sesuatu agar Yolla tidak terus bertanya-tanya dan mengejarnya.
“Yol, plis, aku butuh waktu sendiri. Aku harap kamu sama anak-anak ngerti. Aku cabut dulu,” jawab Alry sembari pergi lagi menuju mobilnya.
Yolla diam. Nih anak kenapa ya? Nggak biasa-biasanya dia kayak gini, pikirnya. Kalo pun dia ada masalah, dia pasti cerita sama kita semua. Tapi kali ini dia diam. Apa masalahnya begitu besar? Gue harus cari tau, tapi gimana?
“Gimana Yol?,” tanya Wyla yang sudah berdiri tepat di belakangnya.
“Nihil. Gue nggak dapet apa-apa. Dia bilang dia butuh waktu sendiri.”
“Kayaknya mesti aku deh yang turun tangan.”
“Iya Wyl. Lo kan yang paling deket sama Alry. Lo coba bujuk dia buat cerita. Kalo lo ngerasa nggak sanggup ngebantu masalah Alry sendiri, baru lo cerita ke kita semua. Oke?,” usul Yolla.
“Oke. Kalo gitu, aku susul Alry dulu ya?,” pamit Wyla. Dan dia pun pergi.

0 comments:

Post a Comment