Sunday, November 18, 2012

Vedway bag 16

Alry termenung di taman. Dia udah nggak peduli dengan ciuman yang terjadi di lift itu. Tapi yang menjadi pikirannya sekarang, pengkhianatan yang ia lakukan. Pengkhianatan itu, bukan hanya untuk Chris, tapi untuk Viara juga. Dalam waktu yang bersamaan, ia telah mengkhianati kekasih dan sahabatnya sendiri. Ia tak tahu harus menjelaskan apa, kepada siapa, dan bagaimana. Ia benar-benar merasa sendiri. Ia pun menangis.
“Maafin Chris, maaf... aku nggak bisa jaga kepercayaan kamu. Hati aku begitu sakit nerima ini semua. Aku nggak tau gimana harus ngejelasin semuanya ke kamu. Aku udah ngekhianati kamu. Ya Allah, aku harus gimana?,” isak Alry dalam diam.
Tanpa sepengetahuan Alry, Wyla udah ada tepat di belakangnya. Wyla pun menepuk bahu Alry pelan.
“Al..,” sapa Wyla halus.
Untuk kesekian kalinya Alry terkejut. Segera ia mengusap air matanya. Ia kenal suara itu, Wyla.
“Wyl, ngapain kamu di sini?”
Wyla hanya tersenyum. “Aku nemenin kamu. Nemenin sahabat aku yang lagi punya masalah, tapi egoisnya dia menikmati masalah itu sendiri. Nggak mau berbagi. Dan ngebiarin semua sahabatnya cuman menebak-nebak masalah dia. Seperti mencari jarum ditumpukkan jerami. Bahkan sampai rambut ubanan pun, belum tentu jarum itu bisa ketemu. Hhm, kamu pikir deh, masa’ yang begitu bisa disebut sahabat?”
Alry merasa kecil. Ia tersindir. Ia malu. Kemudian ia tersenyum.
“Hhm, kamu nyindir ya?”
“Hehe, merasa Al? Ya, secara nggak langsung sih. Kamu kenapa? Kok hari ini aku ngerasa kamu lebih pendiam dari biasanya. Kamu juga sering ngelamun. Kalo kamu punya masalah, kamu bisa cerita kok sama aku. Yah, mungkin aku nggak bisa sepenuhnya ngebantu, tapi seenggaknya beban di hati kamu sedikit berkurang. Aku nggak maksa kok Al. Kamu cerita atau nggak, itu hak kamu. Hak kamu untuk percaya sama orang lain.”
Alry merasa bersalah. Ia pun memeluk Wyla dan menangis. Ia salah karena merasa sendiri. Padahal ada sahabat-sahabatnya yang selalu nemenin dia dalam suka dan duka. “Maafin aku Wyl. Aku bingung. Aku bener-bener ngerasa bersalah. Aku nggak tau harus gimana. Maaf Wyl,” isak Alry di pelukan Wyla.
Wyla menenangkan Alry dengan membelai punggung Alry halus. “Udah Al, kamu nggak perlu minta maaf. Nggak ada yang perlu dimaafin kok. Kamu nggak salah. Sekarang kamu cerita sama aku, ada apa sebenernya.”
Alry pun menceritakan semuanya. Dari awal hingga akhir. Sedetail mungkin. Dan Wyla agak tekejut mendengarnya.
“Ciuman? Kamu sama Fandra...,” ujar Wyla sedikit berteriak.
Alry hanya mengangguk perlahan. Ia udah nyangka kalo reaksi Wyla akan seperti itu, atau bahkan lebih.
“Iya Wyl. Itu terjadi gitu ajah. Aku ngerasa udah ngekhianatin Chris dan Viara. Aku terus mikir, gimana kalo aku berhadapan dengan Viara, apa aku berani natap dia. Kalo Chris nanya, aku nggak tau mesti jawab apa. Apalagi kalo tar aku harus ngadepin Fandra. Aku malu Wyl. Aku udah ngerasa rendah di mata Fandra. Aku bener-bener malu.”
“Udah ya Al. Kamu nggak perlu mikir ampe’ ke situ. Soal Viara, tar aku bantu kamu ngomong sama dia pelan-pelan. Soal Fandra, coba ajah kamu sedikit ngehindar. Kalo Chris, aku pikir dulu deh.”
“Thanks ya Wyl. Kamu udah buat aku sedikit tenang. Seenggaknya tentang Viara. Kalo Fandra dan Chris, mungkin aku bisa selesai’in dengan caraku sendiri.”
“Bener? Kamu yakin?”
Alry mengangguk.“Pulang yuk Wyl. Dah hampir siang nih. Aku lum nyiapin buat ke Bali besok. Lum nge-pack baju.”
“Ayukz.”
Wyla pun masuk ke mobil Alry. Pasalnya tadi Wyla ngikutin Alry pake’ taxi. Padahal tadi taxi-nya nawarin untuk nunggu, tapi Wyla menolak. Dan mereka pun pulang untuk menyiapkan hari esok.

0 comments:

Post a Comment